Desain Web Responsif

Dewasa ini, penggunaan internet sudah dapat diakses oleh berbagai macam perangkat, mulai dari Komputer, Laptop, Tablet sampai dengan teknologi terbaru Smartphone. Dan yang menjadi permasalahan adalah semua perangkat tersebut memiliki layar dengan resolusi yang berbeda-beda, sehingga jika situs yang kita buat dibuka di dalam handphone dengan layar yang kecil, maka konten yang ditampilkan tidak maksimal, atau jika bisa ditampilkan secara penuh atau mungkin akan direpotkan dengan aktifitas zoom-in dan zoom-out untuk membaca kontent. Disinilah Responsive webdesign berperan. Webdesign yang responsive akan langsung beradaptasi dengan ukuran layar device, sehingga konten yang ditampilkan tidak rusak atau tidak perlu lagi zoom-in dan zoom-out.

Secara sekilas, teknik desain web responsive ini cukup sederhana, apabila anda menguasai HTML dan CSS, maka anda bisa menerapkan teknik Responsive Design. Karena sebenarnya yang dilakukan adalah CSS mengecek ukuran area browser, kemudian akan menerapkan style CSS yang sesuai dengan ukuran tersebut. Jadi tidak memerlukan kode pemrograman yang script based seperti PHP, ASP atau lainnya. Teknik ini murni urusan si UX designer atau front end designer.

Istilah Responsive web design awalnya dicetuskan oleh Ethan Marcotte dalam sebuah artikelnya di ListApart(http://www.alistapart.com/articles/responsive-web-design/). Ia mengulas tiga teknik yang telah ada yakni Flexible grid layout, flexible images, dan media and media queries ke dalam satu pendekatan dan menamakannya Responsive Design. Beberapa istilah yang digunakan untuk mengacu hal yang sama antara lain fluid design, elastic layout, rubber layout, liquid design, adaptive layout, cross-device design, dan flexible design.

Marcotte dan beberapa ahli lainnya berargumen bahwa metodologi responsive yang sebenarnya adalah tidak hanya cukup melakukan perubahan layout sesuai dengan ukuran browser yang mengaksesnya, akan tetapi melakukan perubahan total secara keseluruhan terhadap pendekatan yang kita pakai saat mendesain sebuah web. Daripada memulai desain pada ukuran layar desktop yang fixed atau tetap dan kemudian mengecilkannya dan mengatur isinya guna keperluan ukuran yang lebih kecil, maka sebaiknya desain dilakukan pada ukuran viewport yang terkecil terlebih dahulu dan dilanjutkan pada ukuran viewport yang lebih besar.

Komentar